CIRI-CIRI
ANAK BERBAKAT
Anak
berbakat itu memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek
kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan untuk belajar, daya
konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal,
kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik,
menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan
jawaban yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang
tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang
diminati.
Menurut
Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan
peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan
komitmen terhadap tugas:
-
Lancar berbahasa ( mampu mengutarakan pikirannya)
-
Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
-
Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis
-
Mampu belajar/bekerja secara mandiri
-
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
-
Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
-
Cermat atau teliti dalam mengamati
-
Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
-
Mempunyai minat yang luas;
-
Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
-
Belajar dengan cepat
-
Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
-
Mampu berkonsentrasi
-
Tidak memerukan dorongan (motivasi) dari luar.
Implikasi dalam Pembelajaran (Teori Barbe dan Renzulli)
Menjelaskan
dan menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli :
Menurut
definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat
memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi
diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari
kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata,
komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
-
High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
-
Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
-
Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian
lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi
unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli
dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan
sesudah anak dilahirkan.
Anak
yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan
yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan,
misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat
seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan
sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika
ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak
berusia lima tahun.
Perlu
dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih
cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari
teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah
mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak
seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki
kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika
ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
“kehausan” akan informasi.
Implikasi
bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbe dan Renzulli (1975)
sebagai berikut:
-
Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
-
Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
-
Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak
-
Guru memberikan tantangan daripada tekanan
-
Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
-
Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
-
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.