Apa itu Psikologi dan Internet ?
Psikologi menurut Wundt adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Sedangkan Branca menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa psikologi mempelajari tentang manusia. Salah satunya mengenai bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat ditinjau dari banyak aspek. Pengetahuan tentang interaksi manusia dan lingkungannya ini pun kemudian digunakan untuk memperbaiki atau meminimalisir kerusakan atau hal-hal negarif yang timbul atau terjadi. Salah satu interaksi manusia dengan lingkungan contohnya interaksi manusia dengan internet.
Internet adalah sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan (Internet Services Provider) yang saling terhubung dimana masing-masing jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen. Artinya, jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satu pihak pun yang mengatur dan memilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa psikologi mempelajari tentang manusia. Salah satunya mengenai bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat ditinjau dari banyak aspek. Pengetahuan tentang interaksi manusia dan lingkungannya ini pun kemudian digunakan untuk memperbaiki atau meminimalisir kerusakan atau hal-hal negarif yang timbul atau terjadi. Salah satu interaksi manusia dengan lingkungan contohnya interaksi manusia dengan internet. Pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan teknolgi khususnya internet juga sedikit banyak mengubah cara dan pola perilaku manusia yang
dapat dilihat dan diteliti dari segi ilmu psikologi.
Ruang Lingkup Psikologi dan Internet ?
Aspek Psikologi dan Internet : PRO dan KONTRA
PRO :
1. Dampak pada perkembangan fisik.
Salah satu dampak bila internet digunakan dengan tepat
adalah adanya kemungkinan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa dibatasi oleh
waktu dan dapat dilakukan di rumah. Seperti game yang menggunakan dancing
pad, dapat dilakukan setiap saat diwaktu yang senggang. Selain itu informasi tentang kesehatan juga memberikan
dukungan terhadap gaya hidup yang sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Namun
manfaat ini tidak langsung bisa didapatkan oleh remaja karena keterbatasan
mereka dalam memahami dan menginterpretasikan informasi kesehatan yang
didapatkannya. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pendampingan dari orang dewasa
atau orangtua agar remaja bisa menginterpretasikan informasi yang benar tentang
masalah kesehatan yang dapat mendukung perkembangan fisiknya.
2. Dampak pada perkembangan sosial dan emosi
Perkembangan sosial dan emosi yang mungkin didukung oleh
adanya jejaring sosial melalui internet adalah :
a. Relationship building & Cultural Awareness.
b. Identity.
c. Self-Esteem.
d. Battling Depression.
3. Dampak pada perkembangan inteligensi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang
mendapatkan pelatihan berupa simulasi melalui komputer akan menunjukkan
performa yang lebih baik dalam prakteknya di dunia nyata dibandingkan individu
yang tidak melakukan simulasi. Remaja zaman sekarang juga lebih baik dalam melakukan multitasking dibandingkan
generasi sebelumnya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan meningkatkan informasi
visual yang harus diprosesnya pada saat bersamaan seperti saat mereka
berinteraksi dengan internet.
4. Dampak pada perkembangan moral
Beberapa aksi kemanusiaan dalam menghadapi
peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses langsung oleh
masyarakat luas, termasuk juga remaja pengguna internet. Aksi tersebut sering
memicu tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang
sedang tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang kuat.
KONTRA :
1. Dampak pada perkembangan fisik
Interaksi remaja dengan internet banyak mengurangi aktivitas
gerak karena konsep dari internet adalah memudahkan kehidupan manusia sehingga
akan banyak mengurangi dalam bergerak. Saat ini dalam beraktivitas para remaja
sudah banyak menggunakan perantara internet. Hal tersebut menyebabkan
perkembangan fisik remaja yang terlalu dipapar oleh internet banyak mengalami physical
decline. Contohnya problem visual seperti kelelahan mata, sakit kepala
bahkan penglihatan kabur karena remaja lebih rentan daripada orang dewasa
terhadap cahaya dan radiasi yang dipancarkan dari perangkat internet.
2. Dampak pada perkembangan sosial dan emosi
Pengaruh negatif dari jejaring sosial ini dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut :
a. Hilangnya privasi
b. Cyber-Bullying
c. Stranger-Danger
d. Cyber-Stalking
3. Dampak pada perkembangan inteligensi
Dampak negatif dalam inteligensi dibuktikan oleh Lady Susan
Greenfield, ahli syaraf dan profesor farmakologi sinaptik pada Lincoln College,
Oxford, dan direktur Royal Institution. Beliau berpendapat bahwa remaja yang
menggunakan internet secara berlebihan akan memiliki kecenderungan untuk
mengalami hambatan dalam rentang perhatian, kebutuhan melakukan stimulasi
secara segera (tidak sabar), dan "rasa kebingungan dalam identitas."
Selain itu internet juga berdampak pada penalaran kritis karena hampir semua
informasi telah tersedia sehingga para remaja menjadi kurang terampil dan
cenderung untuk berkosentrasi hanya pada satu hal untuk jangka waktu yang lama
dan menyulitkan remaja untuk memecahkan masalah yang membutuhkan waktu pendek
dan kompleks.
4. Dampak pada perkembangan moral
Dampak dalam perkembangan moral terutama terjadi karena
pemaparan pada situs-situs yang banyak mengandung unsur pornografi dan
kekerasan. Banyak kasus di Indonesia tentang kekerasan dan kejahatan seksual
pada remaja yang baik pelaku maupun korbannya adalah remaja akibat eksposure
terhadap situs-situs internet yang tidak dikontrol oleh orangtua maupun orang
dewasa lain yang bertanggungjawab terhadap perkembangan remaja di Indonesia. Dampak negatif dalam perkembangan moral juga dapat terjadi
karena adanya kesempatan untuk mengunduh isi situs tanpa ijin. Banyak orangtua
yang mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mencuri bahkan mungkin memberikan
hukuman bila anaknya melakukan tindak pencurian. Namun bila hal tersebut
dilakukan dengan perangkat internet (contohnya mengunduh secara illegal baik
lagu atau film dengan berbagai cara), maka punishment dari orangtua sering
tidak diterapkan.
Penggunaan Internet di Dunia Psikologi ?
Penggunaan internet secara adiktif dapat membuat seseorang
lupa waktu, kecenderungan susah berhenti dan akhirnya kecanduan (Internet
Addiction Disorder/IAD). Jika kita sudah sulit mengkontrol, maka akan semakin
banyak yang terabaikan. Contohnya: makan menjadi tidak teratur, tidur tidak
teratur, kelelahan fisik, kegagalan dalam mengatur waktu (individu yang
teradiktif mengatakan akan bermain game online sebentar), kegagalan
menyelesaikan tugas (untuk karyawan yang menggunakan internet tidak untuk
pekerjaannya), kegagalan pendidikan/pekerjaan (jika tidak digunakan sesuai
‘tempatnya’), serta gangguan psikologis. Seorang psikiater dari New York University, menemukan adanya gangguan kejiwaan pada individu yang teradiktif
internet, ia menyebutnya sebagai Truman Show Delusion, beberapa ahli lain
menyebutnya sebagai internet delusion. Perilaku ini seperti gangguan delusi
pada umumnya, individu seperti merasa dimatai-matai, berbicara sendiri
menyangkut internet, pikiran yang tenggelam dengan dunia maya.
Tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut. Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan melakukan browse atau karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan tidak sehat.
Tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut. Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan melakukan browse atau karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan tidak sehat.
Melalui sistem pakar inilah para psikolog bisa membuat suatu aplikasi yang bisa menampung segala sifat yang dimiliki seseorang, kemudian membuat suatu keputusan pemecahan suatu masalah kejiwaan, sehingga bisa mengurangi tingkat pemikiran. Selain itu pasien juga bisa mengetahui langsung keputusan yang muncul tanpa harus didampingi oleh psikolog. Ada suatu kasus, seorang anak sangat bergantung pada kehidupan internet. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan mengingat bahwa banyak situs yang menampilkan berbagai test EQ maupun IQ. Selain itu teknologi dunia maya ini memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan diri secara unik. Namun demikian para Psikolog berpendapat, kalau seseorang gagal mengintegrasikan antara diri sejati dengan diri yang diekspresikan secara berbeda di internet, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan pribadi orang tersebut. Mengenai dampak internet sebagai alat explorasi diri, para Psikolog memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya.
Dampak Psikologi Bagi Pengguna Internet ?
Internet mampu memberikan dampak negatif bagi penggunanya,
khususnya dikalangan remaja. Apalagi pengguna internet yang berlebihan dapat
merubah pola hidup masyarakat menjadi negatif, terutama bagi para remaja
berusia 8-12 tahun. Bahkan media masa di Indonesia menyoroti kecenderungan
meningkatnya korban remaja akibat penggunaan facebook, dan Komisi Perlindungan
Anak paling tidak mencatat 100 laporan pengaduan dengan korban anak-anak dan
remaja akibat penggunaan negatif interaksi dunia maya.
Banyak sekali terjadinya fenomena identitas diri melalui internet secara identitas nyata maupun identitas virtual yang memungkinkan individu mengubah sama sekali identitas nyatanya ke sebuah identitas lain yang sifatnya virtual dan karakteristik seseorang indvidu. Faktor-faktor yang membuat seseorang mengunakan identitas palsu adalah untuk menutup jejak didunia maya, dan menjaga repotasi harga diri. Dimana seseorang ingin meluapkan emosinya didunia maya, tanpa diketahui oleh orang lain siapa dia sebenarnya.
Banyak sekali terjadinya fenomena identitas diri melalui internet secara identitas nyata maupun identitas virtual yang memungkinkan individu mengubah sama sekali identitas nyatanya ke sebuah identitas lain yang sifatnya virtual dan karakteristik seseorang indvidu. Faktor-faktor yang membuat seseorang mengunakan identitas palsu adalah untuk menutup jejak didunia maya, dan menjaga repotasi harga diri. Dimana seseorang ingin meluapkan emosinya didunia maya, tanpa diketahui oleh orang lain siapa dia sebenarnya.
Karakteristik seseorang akan telihat berbeda, ketika dia
berada didunia nyata dengan saat dia berada di jejaring sosial. Saat didunia
nyata mungkin dilihat karakternya sangat pendiam dan tidak mudah bergaul atau
tidak asik untuk diajak berbicara, namun lain halnya saat didunia maya.
Karakter dia menjadi anak yang mudah bergaul dan asik untuk diajak bebicara. Michelle
Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit
tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian
menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang
sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia
semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri
apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi
demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan
mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan,
bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang
asli.
- Perbedaan kepribadian pria dan wanita.
Kehadiran komputer dan internet telah merubah dunia kerja,
dari tekanan pada kerja otot ke kerja otak.. Implikasinya adalah perbedaan
perilaku pria dan wanita semakin mengecil. Kini semakin banyak pekerjaan kaum
pria yang dijalankan oleh kaum wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini
semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam
dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah
perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.
Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women: From
Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John
Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin
membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota
parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.
Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan perusahaan dan sekaligus
menjadi pemilik perusahaan. Di Indonesia selama 54 tahun merdeka belum pernah
ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 Indonesia sudah memilikinya.
Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan
keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat
75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan
oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika.
Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum
wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari
dibelanjakan oleh kaum wanita.
Hal yang tidak kalah menariknya adalah semakin banyak wanita
yang melakukan pekerjaan yang tadinya pekerjaan yang dominan dilakukan kaum
pria. Kalau semula pekerjaan membeli ban baru untuk mobil umumnya dilakukan
pria, kini ban mobil yang terjual di USA sekitar 45 persen dibeli oleh kaum
wanita. Peralatan sport yang laku di USA 40 persen berasal dari pembeli wanita.
Hal lain yang menonjol adalah 75 persen pakaian pria dibeli oleh wanita, dan
seperempat dari mobil truk yang laku di USA dibeli oleh wanita (Aburdene &
Naisbitt, 1993).
Tampaknya wanita semakin dominan perannya dalam kehidupan
masa kini. Sayang sekali data perilaku wanita yang rinci seperti itu tidak
dimiliki oleh kita di Indonesia.. Namun rasanya kecenderungan seperti itu juga
muncul di Indonesia walaupun tidak sefantastis wanita di Amerika Serikat.
Diduga kecenderungan perilaku wanita seperti yang dikemukakan di atas akan
semakin dominan di milenium baru ini.
Selain internet ada permainan komputer yang diduga akan
mempersempit perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak permainan elektronik
Play Station yang sangat populer di Indonesia. Permainan dalam PS sangat banyak
yang menonjolkan kekerasan. Permainan ini sangat digemari oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Kini berbagai permainan tersebut dapat diakses dan
dimainkan melalui internet. Kini internet sudah menjadi pusat hiburan.
- Perkembangan seksualitas.
Selain dapat digunakan untuk berpacaran melalui progam
internet relay chatting (IRC), internet dapat pula digunakan untuk mengakses
gambar dan filem porno. Walaupun gambar porno dan cerita porno dapat diperoleh
dari berbagai sumber, kehadiran internet semakin menyemarakkan perolehan
pronografi tersebut.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa rangsangan seksual yang
diperoleh anak akan mempercepat proses kematangan seksual (lihat Conger, 1975).
Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs porno memang
sangat sulit untuk dihindari, mengingat bahwa situs-situs semacam itu tersedia
sangat banyak dalam dunia maya tersebut. Menurut hasil penelitian Alvin Cooper
(1998) dari San Jose Marital and Sexual Centre, yang tertuang dalam
bukunya Sexuality and the Internet: Surfing into the new millennium, seks
(baca: situs porno) merupakan topik nomor satu yang dicari para pengguna
internet di Amerika. Kenyataan yang ada di Indonesia saat ini tampaknya tidak
jauh berbeda. Hal itu terlihat dari masuknya situs-situs porno di search
engine sebagai Top 10 Website yang paling banyak dikunjungi.
Dengan melihat jumlah pengakses situs-situs porno di
internet yang cenderung meningkat dari hari ke hari, maka perlu diwaspadai
dampak penggunaan teknologi tersebut terhadap kesehatan mental dan hubungan
interpersonal si user/netter. Para psikolog dan ahli ilmu-ilmu sosial lainnya
telah lama menaruh perhatian pada dampak yang ditimbulkan oleh situs-situs
porno atau sering disebut juga sebagai "cyber sex". Ada dua pandangan
yang muncul sehubungan dengan hal tersebut. Pertama, pandangan yang
menganggap situs porno mendorong terjadinya hal-hal yang bersifat patologis
bagi user. Pandangan ini cenderung berfokus pada perilaku addictive dan
compulsive. Kedua, pandangan yang menganggap bahwa situs porno hanya merupakan
sarana untuk mengekplorasi dan mencari informasi mengenai masalah-masalah seksual.
Dengan kata lain mengakses situs porno merupakan suatu ekspresi seksual.
- Patologis
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa situs porno
mendorong terjadinya tindak kriminal dan perilaku seks menyimpang.
Menurut penelitian, situs porno memungkinkan user/netter untuk melakukan
berbagai komunikasi erotik melalui komputer mulai dari tingkatan yang bersifat
godaan atau lelucon porno, pencarian dan tukar-menukar informasi mengenai
pelayanan seksual sampai pada diskusi terbuka tentang perilaku seks menyimpang.
Selain itu komunikasi melalui internet seringkali digunakan untuk
mengeksploitasi pornography yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat
yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan
tertentu.
Penelitian pertama yang menyelidiki kecanduan mengakses
situs porno dilakukan Bingham dan Piotrowski (1996). Hasil penelitian mereka
yang tertuang dalam Psychological Report berjudul On-line sexual addiction: A
contemporary enigma mengungkapkan 4 (empat) karakteristik yang terdapat pada
individu pecandu situs porno (addicted to cybersex). Keempat karakteristik
tersebut adalah:
1. Ketrampilan sosial
yang tidak memadai
2. Bergelut dengan
fantasi-fantasi yang bersifat seksual
3. Berkomunikasi dengan
figur-figur ciptaan hasil imaginasinya sendiri
4. Tidak mampu
mengendalikan diri untuk tidak mengakses situs porno
Sementara itu penelitian terhadap perilaku kompulsif
dalam mengakses situs porno terungkap bahwa perilaku tersebut didorong oleh
faktor-faktor seperti kesepian (loneliness), kurang percaya diri (lack of
self-esteem), dan kurangnya pengendalian diri terhadap masalah seksual (lack of
sexual self-control).
- Ekspresi Seksual
Berbeda dengan pandangan yang menganggap bahwa situs porno
mendorong terjadinya masalah yang bersifat patologis, beberapa penulis justru
melihat situs porno sebagai tempat yang menyediakan berbagai informasi
"supercepat" mengenai masalah-masalah seksual dan sekaligus
menawarkan cara-cara yang baru dan tersembunyi (paling tidak user merasa tidak
ada orang lain yang tahu) untuk memuaskan keingintahuan seseorang dalam
melakukan explorasi seksual. Keberadaan situs porno dinilai dapat membantu
pasangan yang mengalami masalah dalam hubungan seksual karena menyediakna
berbagai informasi yang terkadang "enggan" untuk dibicarakan secara
langsung oleh pasangan tersebut.
Menurut Leiblum (1997) dalam Journal of Sex Education
and Therapy berjudul Sex and the net: Clinical implications, situs porno
merupakan sarana ekspresi seksual yang memiliki rentangan secara kontinum dari
sekedar rasa ingin tahu sampai pada perilaku obsesif. Bagi individu yang
memerlukan terapi seksual, media seksual on-line seringkali dianggap
dapat mengakomodasi hal-hal yang berhubungan dengan isolasi sosial
dan ketidakbahagiaan dalam hidup. Lieblum membedakan 3 (tiga) karakter
klinis dari para pengakses situs porno. Ketiga profil tersebut adalah:
- Loners, dimana seseorang (user) menganggap bahwa situs porno dapat menjadi alat untuk mengakomodasi masalah-masalah atau hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup.
- Partners, dimana situs porno dianggap sebagai bagian dari pasangan hidup si user. Ketika user mengalami masalah dia dapat mencari solusi melalui situs porno
- Paraphilics, dimana seseorang tergantung pada situs porno untuk memberikan stimulasi dan kepuasan seksual.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika
seseorang hanya menganggap bahwa situs porno sebagai alat untuk
mengakomodasikan masalah-masalah seksual saja maka ia tidak bisa digolongkan
sebagai seseorang yang memiliki masalah kejiwaan. Pada tahapan berikut di mana
pengguna menganggap situs porno sebagai partner yang bisa digunakan
sebagai sarana untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya,
sebenarnya individu sudah memasuki titik yang rawan untuk menuju ke tahapan
berikutnya (Paraphilics), jika ia tidak mampu mengendalikan diri dan tidak
segera menyelesaikan masalah yang ada dengan pasangannya. Sama halnya
dengan beberapa perilaku adiksi yang lain (misalnya perjudian, alkoholik), maka
jika individu sampai masuk ke tahapan ketiga maka dapat dipastikan bahwa ia
memiliki masalah kejiwaan yang menyangkut perilaku adiksi.
- Pola interaksi antar manusia
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan
menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang
disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk
berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet,
dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu
tersedianya berbagai warung internet ( warnet) telah memberi peluang kepada
banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang
yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet
relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang
asing kapan saja.
- Penggusuran manusia
Dalam kehidupan yang digerakkan oleh teknologi informasi
(komputer dan internet) kesuksesan hidup didunia sangat tergantung pada
penguasaan pengetahuan, dan kemampuan mengelola emosi, dan kemampuan mengelola
hubungan sosial. Banyak pakar berpendapat bahwa kunci sukses untuk mengarungi
kehidupan turbulensi perubahannya sangat tinggi, orang harus memiliki tiga
modal, yakni intellectual capital, social capital, soft capital, and spiritual
capital (lihat Ancok, 1998; Ancok, 1999; Nahapiet & Ghoshal, 1998).
Persaingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis,
kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan individual sangat ditentukan oleh
kemampuan berinovasi. Untuk bisa berinovasi diperlukan kreatifitas yang tinggi
dan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi telah meribah dunia kerja, dari
kerja yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak. Pekerjaan
masa sekarang lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (knowledge workers).
Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang berpengetahuan (know)
dan yang tidak berpengetahuan (know-not). Mereka yang tidak memiliki
pengetahuan akan tergusur dari dunia kerja (Tappscott, 1996).
Selain itu ada korelasi antara pengetahuan dan kekuasan
(power). Mereka yang mempunyai pengetahuan akan memiliki kekuasaan. Sebaliknya
mereka yang mempunyai kekuasaan bisa memiliki pengetahuan, karena mereka bisa
menggunakan orang yang berpengetahuan untuk kepentingan kekuasaan. Kondisi ini
akan membuat jurang sosial yang lain, yakni jurang antara yang memiliki akses
pada kekuasaan dan yang tidak memiliki akses pada kekuasaan. Golongan ke dua ini
akan termarginalisasi dalam kehidupan. Jurang sosial ini akan menjadi pemicuk
konflik yang berwujud keresahan sosial.
- Kerahasiaan alat tes semakin terancam
Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes
psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung
dari internet. Tes yang tersedia dalam internet yang pernah penulis buka antara
lain adalah tes asertifitas, locus of control, tes inteligensi emosional, tes
kecemasan. Kini semakin sulit untuk merahasiakan alat tes karena begitu
mudahnya berbagai tes diperoleh melalui internet.
Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential
Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari permasalahan
ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan
tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet
tersebut.
Sumber :
http://assilvabrena.blogspot.co.id/2014/10/psikologi-dan-teknologi-internet_18.html
http://annihasni.blogspot.co.id/2013/01/pengaruh-internet-terhadap-psikologi.html
http://halamanpsikologisbayu.blogspot.co.id/2010/09/hubungan-psikologi-dengan-teknologi.html
http://cyber-institute.blogspot.co.id/2011/01/ruang-lingkup-psikologi-pendidikan.html